Kehilangan orang tua tentunya akan memberikan kesedihan mendalam bagi kita. Terlebih, jika kita mengalaminya saat usia anak-anak. Hal inilah yang dialami oleh ratusan anak di Semarang sejak pandemi melanda tanah air. Menurut data dari Dinas Perlindungan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB), terdapat 407 anak di Semarang yang telah kehilangan orang tua, dengan 53 anak di antaranya dapat dipastikan yatim piatu.
Ratusan anak Semarang harus menerima kenyataan memilukan bahwa pengasuh utama sekaligus tempat mereka berlindung, kini telah tiada. Tak hanya itu, mereka juga sangat berpotensi mengalami perubahan pola pengasuhan. Mungkin, mereka akan diasuh oleh ayah atau ibu saja (single parent). Mungkin pula, kakak tertualah yang kini mengasuh mereka. Jika cukup beruntung, ada kakek, nenek, paman, atau bibi yang akan menggantikan peran orang tua mereka. Namun, sangat mungkin mereka benar-benar sebatang kara pasca orang tuanya meninggal dunia. Tak hanya sampai di situ, pengasuh pengganti juga sangat berpotensi mengalami berbagai keterbatasan dalam mengasuh anak, seperti keterbatasan fisik, mental, dan ekonomi. Permasalahan ini tentunya akan memberikan dampak besar bagi pemenuhan hak dasar seorang anak, seperti hak atas pengasuhan berkualitas, termasuk pendidikan dan kesehatan.
SOS Children’s Villages Indonesia bergerak cepat untuk merespon dampak pandemi bagi anak-anak. SOS Children’s Villages adalah organisasi non profit internasional yang didirikan oleh Hermann Gmeiner, seorang mahasiswa kedokteran yang tergerak hatinya ketika melihat begitu banyak anak terlantar dan kehilangan hak atas pengasuhan dikarenakan Perang Dunia ke-2. Hermann lalu mendirikan SOS Children's Villages pada tahun 1949 di Imst, Austria. SOS Children's Villages saat ini telah bekerja secara aktif di 136 negara di seluruh dunia.
Di Indonesia, SOS Children’s Villages sudah ada sejak tahun 1972. Saat ini, SOS Children’s Villages Indonesia tersebar di 11 kota, yaitu dengan mendirikan village untuk anak-anak kehilangan pengasuhan di Lembang, Jakarta, Semarang, Bali, Flores, Banda Aceh, Meulaboh, Medan, serta menguatkan keluarga rentan di Bogor, Yogyakarta, dan Palu.
Demi merespon dampak pandemi terhadap pengasuhan anak-anak Indonesia, SOS Children’s Villages Indonesia berkolaborasi dengan Bantoo.id. Dengan semangat #BersamaUntukAnak, kami–SOS Children’s Villages Indonesia dan Bantoo.id, ingin mengajak Teman Bantoo untuk bersama-sama mendukung anak-anak yatim piatu di Semarang dengan berdonasi.
Donasi dari Teman Bantoo akan sangat bermanfaat bagi:
Setiap donasi sebesar Rp 2.500.000 dapat mendukung 1 anak selama 1 bulan.
Bantuan yang dibutuhkan tentunya akan sangat bergantung pada kondisi masing-masing anak. Untuk itu, tim lapangan SOS akan berkunjung ke keluarga tiap anak, untuk memastikan donasi tersalurkan secara tepat sasaran dan berkelanjutan hingga anak tumbuh mandiri.
Mari bersama kita dukung mereka untuk menerima apa yang telah menjadi hak setiap anak Indonesia, yaitu pengasuhan yang berkualitas, termasuk pendidikan dan kesehatan. Dengan mendukung pemenuhan hak dasar mereka, Teman Bantoo telah membantu memastikan cerahnya masa depan mereka. Kita hadir #BersamaUntukAnak, karena Anak Indonesia adalah Anak Kita.
Terima kasih atas bantuan Sahabat semua. Semoga kita dan keluarga sehat selalu. Stay safe and healthy!
Salam #TogetherForChildren,
SOS Children’s Villages Indonesia x Bantoo.id
Penyaluran donasi sebesar Rp. 36.997.575 kepada Perwakilan Yayasan SOS Desa Taruna Indonesia, PT Bank Negara Indonesia (BNI) No Rek 28390****
SOS Children’s Villages mengucapkan banyak terima kasih atas donasi para donatur.