Alina Syaza Sabiya berusia 6 bulan, anak pertama dari bapa Andi Syaripudin dan ibu Rena Ramayanti ini sejak usia 38 hari harus berjuang menjalani hari harinya dengan epilepsi intraktabel yang diderita.
Alina terlahir dengan sehat dan normal seperti anak anak pada umumnya, ketika dalam kandungan pun tidak ada gejala yang aneh yang orang tua Alina rasakan. Sampai usia Alina menginjak satu bulan lebih atau 38 hari. Tidak mengalami demam, panas, batuk, atau yang lainnya, tiba tiba saja Alina mengalami kejang kejang disertai dengan mengeluarkan lendir dari mulutnya, akibat dari kejang tersebut tubuh Alina sampai membiru karena kekurangan oksigen. Orang tua Alina pun segera membawa sang anak ke rumah sakit untuk memberikan pertolongan, karena kejang yang di alami sang anak dalam sehari bisa 10 sampai 20 kali bahkan bisa lebih. Sempat mejalani perawatan beberapa hari di rumah sakit umum daerah.
Alina pun di rujuk ke Rumah Sakit Anak & Bunda Harapan Kita Jakarta untuk penanganan lebih lanjut karena kurangnya peralatan yang di rumah sakit umum daerah tersebut miliki, 3 bulan sudah saat ini Alina menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Anak & Bunda Harapan Kita. Selama menjalani perawatan dan kontrol rutin dari hasil pemeriksaan Alina pun di ketahui mengidap epilepsi intraktabel yang menyebabkan dirinya mengalami kerjang kejang, serangkain pengobatan untuk Alina pun dokter berikan.
Mulai dari Sarfa, gizi, fungsi hati, serta pemasangan selang ntg untuk mengkonsumsi asi serta obat, dan juga pemasangan alat abntu nafas yaitu oksigen karena kejang yang sehari hampir 20 kali Alina alami menyebabkan Alina kekurangan oksigen.
Saat ini Alina dalam satu bulan di haruskan 3 kali melakukan kontrol ke Rumah Sakit Anak & Bunda Harapan Kita , untuk mengganti selang NGT dan pemeriksaan lainnya. Biaya yang di keluarkan pun untuk sekali pulang pergi perjalanan bisa menghabiskan biaya sebesar 2 juta rupiah.
Sang ayah yang saat ini bekerja menjadi karyawan cleaning sevis yang penghasilan perbulan sekitar 4 juta, masih membutuhkan biaya yang terbilang cukup besar untuk pengobatan sang anak, saat ini tidak hanya biaya operasional kontro rutin ke RS yang harus sang ayah tanggung. Tabung oksigen pun yang sehari bisa menghabiskan 3 buah tabung dan setiap isi ulang untuk satu tabung itu 50 ribu rupiah, Dan tidak hanya isi ulang oksigen saja obat obatan yang tidak di cover bpjs serta susu medis yang di anjurkan dokter untuk eplipesi yang senilai 400 ribu rupiah dan hanya cukup dalam 2 hari saja masih harus menjadi tanggungan lebih bagi sang ayah.
Sang anak pertama yang semua orang tua harapkan bisa hadir di kehidupan keluarga, terlahir dengan selamat dan bisa tumbuh dewasa dengan sehat, namun semua itu tidak bisa keluarga pak Andi rasakan. Sang anak pertama kini harus terbaring lemah tak berdaya dengan selang menancap di kedua lubang hidungnya untuk bertahan hidup, akibat epilepsi yang bersarang di tubuhnya.
Teman Bantoo, coba bayangkan dan renungkan jika itu terjadi pada anak kita betapa sedih dan tersiska, harus melihat anak yang di tunggu di harapkan dan sangat di sayangi setiap hari merintih menjerit menahan rasa sakit.
Teman Bantoo Mari kita bantu sedikit meringankan beban bapak Andi dan keluarga, demi menyambut kesembuhan sang anak, agar sang anak bisa tumbuh dewasa dengan ceria, dan kelak bisa menjadi ke banggaan kedua orang tuanya. Tekan tombol DONASI SEKARANG