Ditengah keterbatasan ekonomi orang tuanya, Dwi (8 tahun) harus melakukan pemeriksaan lantaran ia didiagnosa terkena mikrosefali dan rhinitis yang menyebabkan saraf tubuh dan pernafasannya terganggu.
Di usianya yang masih kecil, tarikan nafasnya seperti orang dewasa saat ngorok. Ia mengidap penyakit rhinitis yang harus segera diobati. Seringkali Dwi merasa sesak dan hanya bisa menangis seharian.
Dwi juga mengidap penyakit mikrosepali. Fungsi otaknya bermasalah sehingga ia tak bisa memerintahkan badannya untuk bergerak. Terpaksa Dwi hanya bisa terkapar di kasur dalam keadaan tubuhnya yang melengkung 180 derajat.
Orang tua Dwi, Pak Hartono (39 tahun) dan Ibu Sri (45), hanya bisa pasrah melihat anak keduanya itu. Pak Hartono yang mendapat penghasilan tak lebih dari 1,5 juta per bulan dari hasil kuli bangunan lepas kesulitan untuk membiayai pengobatan Dwi lantaran anak pertamanya juga masih membutuhkan biaya untuk sekolah.
Ibu Sri sedikit-sedikit membantu suaminya dengan menjadi buruh jahit yang bayarannya tak tentu. Pernah ia hanya mendapat 300ribu sebulan dan harus berhutang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dokter mengatakan, pernafasan Dwi kemungkinan besar masih bisa disembuhkan. Fungsi otak Dwi juga masih bisa dioptimalkan. Dwi harus segera dibawa ke rumah sakit agar mendapat penanganan yang tepat.
Sahabat. Pak Hartono dan Ibu Sri tentu tidak menginginkan anaknya mengidap penyakit langka tersebut. Tapi apa daya. Saat ini mereka hanya bisa berusaha semaksimal mungkin untuk mencukupi makan dan bertahan hidup. Yuk, bantu ringankan beban mereka. Tekan tombol DONASI SEKARANG.